Langsa– Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Samudra (Unsam) menggelar Kuliah Umum berlangsung di Aula Gedung Multi Guna, Jum’at (9/6/2023) dihadiri mahasiswa Unsam khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi . Turut hadir para Koordinator Prodi Fakultas Ekonomi dan para dosen.
Kuliah Umum menghadirkan pemateri, Irjen Pol (Purn). Dr. H.S. Maltha, SIK., S.H., M.Si dan Ditiya Hermawan, S.E sebagai moderator. Kuliah Umum ini mengusung tema “Tantangan dan Peluang Ketahanan Ekonomi Nasional Menghadapi Perang Dagang USA dan RRT”.
Ketua Panitia penyelenggara kegiatan, Syahrial Pane menyampaikan di era Globalisasi saat ini, bahwa peluang dan tantangan ketahanan ekonomi Indonesia semakin kompleks. Bagaimana Indonesia menghadapinya terutama di tengah persaingan antara USA dan China dalam merebut pengaruh dalam bidang ekonomi maupun politik dunia. Maka Kuliah Umum diadakan untuk menambah dan membuka wawasan pengetahuan mahasiswa khususnya dalam bidang perdagangan dunia dewasa ini.
Ada tiga pokok bahasan penting yang disampaikan dalam penyampaian materi Kuliah Umum yang disampaikan oleh Dr. H.S. Maltha, yaitu tentang Geopolitik, Globalisasi, serta G7, G20 dan BRICS.
Dr. Maltha menyampaikan, Konsep Geopolitik diartikan sebagai penyelenggaraan negara dimana setiap kebijakan dikaitkan dengan masalah geografi wilayah/tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu suatu bangsa.
Setiap bangsa di dunia berlomba untuk menjadi negara yang paling berpengaruh dalam percaturan politik dan ekonomi dunia, dalam memperkuat kekuasaannya tersebut sering terjadi pergeseran batas wilayah suatu negara. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai gejolak dan konflik yang mempengaruhi perekonomian dunia secara global.
Paham dan konsepsi Geopolitik bangsa Indonesia diwujudkan dengan cara pandang wilayah Indonesia dari sabang sampai Merauke sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh secara keseluruhan disebut Wawasan Nusantara. Sebagai negara kepulauan dengan masyarakat yang ber-Bhinneka, penyelenggaraan NKRI bersumber pada landasan ideal pandangan hidup bangsa, Pancasila dan konstitusi UUD 1945.
Bangsa Indonesia menolak paham ekspansionisme dan paham rasialisme karena manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dimana Hubungan Internasional berpihak pada paham kebangsaan, menjalin kerjasama antar bangsa saling menolong dan menguntungkan untuk mewujudkan ketertiban dunia.
“Sebagai negara kepulauan dan letak geografi Indonesia yang strategis, wilayah Indonesia yang kaya Sumber Daya Alamnya, selain sebagai potensi besar bagi Indonesia, secara Geopolitik, berpeluang sebagai AGHT (Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan) bagi bangsa.”
Terkait Globalisasi, dapat diartikan suatu integrasi internasional terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produksi, pemikiran dan aspek aspek kebudayaan. Penyesuaian ekonomi, budaya, kebijakan pemerintah, teknologi, ilmu pengetahuan dan gerakan politik di seluruh dunia.
Globalisasi memungkinkan masuknya berbagai pengaruh dari luar, seperti produk dari negara lain yang mendominasi, aspek aspek budaya bangsa asing, dan lain sebagainya. Ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak positif misalnya, sistem pemerintahan terbuka, tercipta demokrasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktifitas kerja masyarakat, dan mendorong peningkatan gerakan sosial masyarakat.
Sedangkan dampak negatif, dapat memicu kesenjangan ekonomi, dan berbagai benturan budaya di masyarakat. Bagaimana pengaruh Globalisasi di Indonesia? Bidang ekonomi mempengaruhi perdagangan, produksi dan investasi. Bidang politik Adanya penempatan duta besar, kerjasama politik (Anggota PBB dan ASEAN). Bidang Budaya, Masuknya beragam budaya ke Indonesia, di sini harus pandai memilih terhadap budaya yang masuk.
“Generasi muda sebagai penerus bangsa haruslah waspada dan bersikap bijak terkait dampak Globalisasi yang merugikan bangsa. Terutama dalam mengikuti trend dan budaya bangsa lain. Masuknya produk maupun budaya bangsa asing beserta pengaruhnya, haruslah disaring dulu, di filter dulu mana yang pantas dan sesuai dengan budaya bangsa kita. Dan, sepandai apapun kita jangan tinggalkan adab dan akhlak, etika dan sopan santun, ini yang utama, ini adalah budaya kita bangsa Indonesia.”Jelas Dr. Maltha.
“Kemudian, Kita harus cinta terhadap produk produk dalam negeri, mari kita memakai dan mengembangkan produk dalam negeri, tingkatkan inovasi agar produk dalam negeri bertambah maju, gunakan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Kita memiliki banyak produk bagus berkwalitas dan tidak kalah saing dengan produk luar. Ini akan meningkatkan nilai ekonomi kita.”
Lanjutnya, terkait G7 dan BRICS merupakan pengaruh globalisasi bidang politik. G7 merupakan forum diskusi negara negara maju dalam menanggapi isu isu global yang terdiri dari tujuh negara (Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Italia dan Kanada). yang dibentuk oleh adanya krisis minyak bumi yang melanda dunia pada tahun 1970.
Sedangkan BRIC dibentuk tahun 2009 di Rusia dengan anggota Brazil, Rusia, India dan China. Tahun 2011 berubah menjadi BRICS dengan masuknya Afrika Selatan. Tujuannya adalah membahas kondisi ekonomi global. Mata uang BRICS adalah menggunakan dedolarisasi (Mata Uang Lokal).
G20 dibentuk September 1999 sebagai forum ekonomi untuk menyelesaikan krisis ekonomi dan keuangan global, dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya termasuk China. G20 terdiri dari 20 negara (Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Tahun 2021 Indonesia diangkat menjadi Presidensi G20. Tahun 2022 diadakan KTT G20 di Bali. Tahun 2023 diserahkan presidensi G20 kepada India.
Tahun 2021 Amerika dilanda inflasi tinggi disebabkan defisit neraca pembayaran, sehingga terjadi ketidakpastian global. Beberapa negara melakukan dedolarisasi (meningkatkan penggunaan mata uang lokal) dan mengurangi ketergantungan dolar AS, termasuk Indonesia.
Keuntungan dedolarisasi bagi Indonesia adalah meningkatkan stabilitas Rupiah, hubungan dagang dengan negara ASEAN yang lebih erat, hemat biaya perdagangan dan menyangga terhadap fluktuasi mata uang. Sementara China terus meningkatkan pengaruhnya dengan mengajak negara negara lain untuk bergabung dengan BRICS. Semakin banyak negara yang bergabung dengan BRICS, hal tersebut diperkirakan berpotensi mengakibatkan penurunan dominasi dolar AS dalam perdagangan Internasional. Sehingga mempengaruhi hubungan diplomatik dan perdagangan dengan AS serta negara negara barat. (Humas Unsam)