Unsam Gelar Gema Ramadhan 1445 H, Refleksi Diri Menjadi Pribadi Berkarakter, Tangguh dan Beriman

Langsa-Universitas Samudra (Unsam) menggelar kegiatan Gema Ramadhan 1445 H dengan berbuka puasa bersama seluruh Civitas Akademika Unsam. Kegiatan ini diisi dengan Tausiah Ramadhan oleh Tgk. Mukhtar Bin Ibrahim menjelang acara berbuka puasa bersama di Aula Gedung Multi Guna Unsam, Kamis (28/3/2024).

Gema Ramadhan Universitas Samudra tersebut salah satu tujuannya adalah untuk pembinaan mental dan spiritual bagi seluruh pegawai, dosen dan mahasiswa Unsam, sesuai dengan temanya adalah “Refleksi Diri Bulan Ramadhan, Raih Karakter Pribadi Yang Tangguh dan Beriman.”

Rektor Universitas Samudra, Prof. Dr. Ir. Hamdani, M.T.,IPM dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan tersebut. “Alhamdulillah pada hari ini keluarga besar Universitas Samudra bisa berkumpul kembali, setelah tahun tahun Covid 19 sebelumnya, kegiatan ini tidak bisa kita laksanakan, semoga kegiatan ini mendapat berkah dari Allah SWT”.

Rektor mengatakan, adanya kegiatan berbuka puasa serta tausiah ramadhan kita berharap adanya pencerahan, nasehat rohani, serta saran bermanfaat untuk meningkatkan ketaqwaan dalam beribadah kepada Alllah SWT. “Di tengah kesibukan kita bekerja, kita berharap nasehat dari bapak ustadz memberikan pencerahan untuk meningkatkan keimanan  dan ketaqwaan kita kepada Alllah di bulan suci ramadhan ini”.

Tgk. Mukhtar Bin Ibrahim, di hadapan seribu lebih mahasiswa dan undangan, dalam tausiahnya menyampaikan, bulan suci Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan dan hikmah. Salah satunya untuk melatih diri dalam mengendalikan hawa nafsu. “Hawa nafsu adalah salah satu jati diri insan, karakteristik insan yang alami yang tidak mungkin kita menghilangkannya. Agama tidak menyuruh untuk membunuh hawa nafsu,  tetapi untuk mengendalikannya, agar tidak terjerumus ke jalan yang sesat dan salah”.

Dengan hikmah ramadhan ini, bagaimana kita mengendalikan hawa nafsu, diantaranya yaitu dengan menghilangkan sifat takabbur dan keangkuhan.  Seberapapun tinggi ilmu kita, derajat kita, harta yang kita miliki, ini bukanlah untuk kita bangga banggakan, tapi nikmat yang Allah berikan ini  untuk kita berbagi, bermanfaat bagi orang lain. Tetaplah menjadi seorang yang rendah hati. Sejarah telah mencatat kehancuran penguasa penguasa yang angkuh kepada Allah dan RasulNya, Fir’aun, Namrudz dan Qarun adalah orang orang yang dibinasakan Allah karena keangkuhan dan kesombongannya.

“Marilah kita menjadi estafet dari leluhur kita dalam memberi konstribusi untuk perbaikan ummat dalam berbagai bidang menuju Aceh yang bermartabat dalam bingkai NKRI.”

“Mari kita dengan Ramadhan ini, mengendalikan diri kita  dari sifat takabbur ini,  angkuh dan sifat yang tidak  terpuji  lainnya. Sehingga kita dapat mengontrol diri menjadi manusia yang berkarakter, pribadi yang beriman, tangguh,  jadi sosok ilmuan yang memiliki integritas. Semua itu bertujuan untuk mencapai kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

Sesuai  Hadist Rasulullah, bahwa dunia ini bagaikan penjara bagi orang orang mukmin dan syurga bagi orang orang kafir, dapat ditafsirkan, sebanyak apapun kenikmatan dan kemewahan yang Allah berikan di dunia ini kepada orang mukmin, belum sebanding dengan kenikmatan yang akan  Allah berikan sebagai balasan iman kita di negeri Akhirat. Demikian juga bagi orang kafir, seberat apapun cobaan kesusahan hidup di dunia ini masih lebih baik dibandingkan balasan neraka yang kekal baginya di akhirat kelak.

Nikmat yang abadi adalah di negeri akhirat, sedangkan di dunia hanyalah sementara. Maka kita hidup di dunia, negeri beramal, akhirat negeri pengabdian maka jangan lupa dan lalai mencari bekal sebanyak banyaknya untuk mendapatkan  kesuksesan yang abadi. Rasulullah berpesan kepada kita orang yang cerdas adalah orang yang mengutamakan bekal untuk hidup sesudah mati, hidup yang abadi, sedangkan orang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsu, dan lalai dengan angan angan menganggap dunia ini adalah sebagai tempat akhir.

Maka tuntutlah ilmu, dan implementasikan dalam kehidupan, yang bermanfaat bagi kemanusiaan, menjadi ilmuan ilmuan yang baik dan cerdas, cerdas secara mosional dan spiritual, untuk mencapai saa’dah dunia dan akhirat.(Humas Unsam11)